Laman

Sunday 13 September 2015

Efek dari kebiasaan harian, yang mempengaruhi kondisi mental manusia


 Efek dari kebiasaan harian, yang mempengaruhi kondisi mental manusia


Bahkan kebiasaan itu sebenarnya bisa memberikan banyak efek negatif buat kamu sendiri ke depannya.


Dalam kehidupan sehari-hari, tidak jarang kebiasaan kita bisa mempengaruhi kondisi psikologis atau mental kita. Emang ada? Ada. Bahkan kebiasaan itu sebenarnya bisa memberikan banyak efek negatif buat kamu sendiri.

Dikutip brilio.net dari laman huffingtonpost.com, Jumat (15/5), berikut daftar kebiasaan tersebut:


1. Berjalan membungkuk setiap kali berjalan

ilustrasi membungkuk



Perasaan kita bisa mempengaruhi cara berjalan, begitu juga sebaliknya, cara berjalan bisa mempengaruhi perasaan kita. Pernyataan ini sudah terbit dalam Journal of Behavior Therapy and Experimental Psychiatry, lho.


Para peneliti menemukan fakta bahwa subjek yang diminta berjalan dengan bahu membungkuk dan lesu, mengalami suasana hati lebih buruk daripada mereka yang lebih semangat dan lebih tegap dalam berjalan.


Nah, mulai sekarang angkat dagumu dan tegapkan bahu untuk menjaga pandangan tetap positif. Ingat, biasakan!


2. Mengambil foto segala sesuatu

ilustrasi tukang foto


Dear, kamu yang suka memfoto dan menguploadnya ke berbagai macam akun media sosial yang kamu punya, dalam jurnal Psychological Science telah tertulis bahwa dengan begitu kamu akan lupa saat-saat berlangsungnya segala peristiwa yang sedang kamu alami kala mengambil foto.


Jadi, hasil studi yang tertulis di jurnal tersebut, meneliti peserta yang sedang tur museum. Peserta yang mengambil foto segala sesuatu di sekitarnya terbukti memiliki kesulitan mengingat item yang mereka foto.


Nah, untuk mengatasinya, mulai sekarang batasi pengambilan foto. Perbanyaklah waktu untuk menikmati semua yang kamu alami dan lihat. Dengan begitu kamu tidak resah harus buru-buru upload foto menunjukkan apa yang sedang kamu lakukan atau alami.


3. Mengizinkan orang lain meremehkanmu

ilustrasi di remehkan


Jangan biasakan diri menerima remeh temeh dari orang lain. Kamu juga punya harga diri, maka hargailah dirimu. Jangan biarkan orang lain mencorengnya. Membiarkan orang lain meremehkanmu dan menerima apa adanya, kamu akan semakin terpuruk dan menilai diri memang tidak berharga. SETOP!


Caranya untuk berhenti adalah bekerja keras dan cerdaslah dan tunjukkan prestasimu. Jangan pernah pesimis hasil kerjamu jelek. Lebih baik mencoba dan salah daripada tidak pernah mencoba dan semakin tak tahu apa-apa, justru orang lain akan merendahkanmu.




4. Tidak pernah olahraga


ilustrasi berolahraga



Jika kamu rutin olahraga sebanyak tiga kali seminggu, kamu memiliki risiko depresi yang lebih rendah sebanyak 19%, ini menurut studi dari JAMA Psychiatry.


Setelah meneliti sekitar 11.000 orang yang lahir antara tahun 1958 ke atas yang berusia 50, dan mencatat gejala depresi dan level aktivitas fisik secara reguler, peneliti University College London menemukan korelasi aktivitas fisik dan depresi.


Hasilnya adalah orang yang depresi ternyata jarang sekali olahraga sedangkan mereka yang aktif olahraga memiliki tingkat depresi yang rendah. Faktanya, setiap hari mereka aktif berolahraga, risiko depresinya turun sebanyak 6%.


5. Menunda pekerjaan

ilustrasi pemalas



Menunda pekerjaan, baik karena malas maupun rasa takut dan cemas karena pekerjaan itu terasa berat, tidak akan menyelesaikan masalah. Yang ada, pekerjaan semakin menumpuk.


Mulai sekarang, untuk menghindari penundaan ini, kamu berjaga-jaga untuk menghindari pula suasana hati buruk dan stres. Caranya? Olahraga, relaksasi, atau melakukan kegiatan menyenangkan lainnya. Dengan mengambil waktu sejenak untuk menyenangkan diri sendiri, kamu terhindar dari rasa takut, tertekan, dan suasana hati kacau. Akhirnya, kamu selalu optimis untuk segera menuntaskan pekerjaan.


6. Hubungan dengan pasangan yang buruk

ilustrasi putus cinta


Tidak jarang orang yang merasa cemas dan depresi itu karena hubungan dengan pasangan yang tidak harmonis. Mungkin pasangannya terlalu posesif dan suka melimpahkan masalah. Sementara orang bersangkutan merasa bahwa dialah biang masalah, alias membenarkan tudingan sang kekasih, tentu saja dengan alasan cinta.