Laman

Sunday 21 June 2015

cara alami untuk menghilangkan bau badan

 cara alami untuk menghilangkan bau badan


Hanya karena bau badan, seorang lelaki membunuh teman kencannya. Berita itu menjadi topik yang paling menyita perhatian publik Tanah Air dalam beberapa hari ke belakang. Pertanyannya, kok bisa ya hanya hal sepele menjadi pemicu mudahnya menghilangkan nyawa seseorang?.

Ah, tapi lupakan berita itu ya guys!. Kita ngobrolin yang di luar kasus kriminalnya saja. Ya, membicarakan bau badan. Bau badan memang terkadang momok bagi banyak orang. Soalnya bikin nggak nyaman acara kumpul bareng teman atau nge-date sama gebetan anyar.

Nah, kamu perlu tahu cara alami untuk mengatasi bau badan dengan menggunakan beberapa bahan makan yang sering kita konsumsi. Apa saja dan bagaimana, berikut ulasannya;

1. Tomat.



Tomat memiliki sifat antiseptik yang dapat membunuh bakteri penyebab bau badan. Dia juga bisa mengecilkan pori-pori kulit dan mengurangi keringat. Cara tomat bikin bau badanmu hilang adalah minumlah 1-2 gelas jus tomat setiap hari. Atau bisa juga jadikan cairan tomat tersebut untuk mandi. Jadi, campurlah jus tomat itu ke dalam air mandimu. Setidaknya mandilah dengan jus tomat ini sebanyak satu kali sehari untuk mengontrol bau badanmu.

2. Baking soda.



Baking soda ternyata bisa menyerap kelembaban kulit, keringat, dan mengurangi bau badan. Dia bisa membunuh bakteri dan bekerja seperti deodoran alami. Cara mengolah baking soda untuk menghilangkan bau badan yaitu:
a. Campurlah satu sendok makan baking soda dan satu sendok makan jus lemon
b. Oleskan pada ketiak dan bagian tubuh lain yang berkeringat berlebihan
c. Biarkan selama beberapa menit lalu cucilah dengan air tapi jangan digosok
d. Mandilah seperti biasa
e. Lakukan setidaknya sekali selama beberapa minggu

3. Jus lemon.



Asam dari jus lemon membantu menurunkan tingkat pH kulit sehingga membuat bakteri penyebab bau badan sulit hidup. Kamu hanya perlu menggosokkan satu setengah potongan lemon ke ketiak kamu. Biarkan kering dengan sendirinya, lalu mandilah. Kamu bisa menerapkan cara ini sekali sehari sampai bau badanmu teratasi.

Kalau kamu memiliki kulit sensitif, kamu bisa mencairkan jus dari setengah buah lemon ke dalam satu setengah cangkir air. Setelah itu oleskan dengan kapas ke ketiak kamu. Biarkan selama 10 menit lalu cucilah dengan air. Lakukan ini setidaknya satu kali sehari sampai bau badan hilang.

4. Daun Rosemary.



Daun rosemary dapat menghambat pertumbuhan bakteri penyebab bau badan. Daun ini mengandung mentol dan klorofil yang memiliki sifat deodoran alami sehingga bisa menetralisir bau badan. Selain itu, rosemary mengandung zinc untuk mengurangi penyebab bau badan.

Cara memakainya adalah sebagai berikut:
a. Tambahkan satu setengah cangkir daun rosemary kering ke dalam empat cangkir air panas
b. Setelah 10 menit, campur air campuran itu ke dalam air mandi selama 15-20 menit.
c. Lakukan setidaknya satu kali sehari

Kamu juga bisa mencampur 8-10 tetes minyak esensial rosemary ke dalam satu gelas air dan oleskan ke ketiak sebagai deodoran. Nah, kalau rosemary bikin kamu iritasi, hentikan penggunaannya, ya.

Selamat mencoba ya, semoga berhasil sesuai dengan keinginan dan tergantung pribadi dan niat masing masing orang.

Terima kasih, sudah membaca Artikel cara alami untuk menghilangkan bau badan,.

apa yang di bolehkan ketika kita menjalankan ibadah puasa


 apa yang di bolehkan ketika kita menjalankan ibadah puasa


Di bulan puasa ini,bagi hamba yang masih memiliki tabi’at baik pasti mengetahui bahwa Allah selalu menginginkan kemudahan dan bukan menginginkan kesulitan bagi hamba-Nya. Dalam perihal puasa, Allah Ta’ala juga menginginkan demikian dan ingin menghilangkan kesulitan dari hamba-Nya.

Berikut ini adalah beberapa dari sebagian hal yang dibolehkan oleh syari’at ini dan tidak membatalkan puasa :

1. Mendapati waktu fajar dalam keadaan junub.

Dari ‘Aisyah dan Ummu Salamah radhiyallahu ‘anhuma, mereka berkata,

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يُدْرِكُهُ الْفَجْرُ وَهُوَ جُنُبٌ مِنْ أَهْلِهِ ، ثُمَّ يَغْتَسِلُ وَيَصُومُ

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mendapati waktu fajar (waktu Shubuh) dalam keadaan junub karena bersetubuh dengan istrinya, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mandi dan tetap berpuasa.”[1]

Istri tercinta Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata,

قَدْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُدْرِكُهُ الْفَجْرُ فِى رَمَضَانَ وَهُوَ جُنُبٌ مِنْ غَيْرِ حُلُمٍ فَيَغْتَسِلُ وَيَصُومُ.

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menjumpai waktu fajar di bulan Ramadhan dalam keadaan junub bukan karena mimpi basah, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mandi dan tetap berpuasa.”[2]

2. Bersiwak ketika berpuasa.

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

لَوْلاَ أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِى لأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ وُضُوءٍ

“Seandainya tidak memberatkan umatku niscaya akan kuperintahkan mereka untuk menyikat gigi (bersiwak) setiap kali berwudhu.”[3]

Imam Al Bukhari membawakan hadits di atas (tanpa sanad) dalam judul Bab “Siwak basah dan kering bagi orang yang berpuasa”. Judul bab ini mengisyaratkan bahwa Imam Al Bukhari ingin menyanggah sebagian ulama (seperti ulama Malikiyah dan Asy Sya’bi) yang memakruhkan untuk bersiwak ketika berpuasa dengan siwak basah.[4]

Ibnu Taimiyah menjelaskan, “Adapun siwak (ketika berpuasa) maka itu dibolehkan tanpa ada perselisihan di antara para ulama. Akan tetapi, para ulama berselisih pendapat tentang makruhnya hal itu jika dilakukan setelah waktu zawal (matahari tergelincir ke barat). Ada dua pendapat yang masyhur dari Imam Ahmad dalam masalah ini. Namun yang tepat, tidak ada dalil syari’i yang mengkhususkan bahwa hal tersebut dimakruhkan. Padahal terdapat dalil-dalil umum yang membolehkan untuk bersiwak.”[5]

Penulis Tuhfatul Ahwadzi mengatakan, “Hadits-hadits yang semakna dengan di atas yang membicarakan keutamaan bersiwak adalah hadits mutlak yang menunjukkan bahwa siwak dibolehkan setiap saat. Inilah pendapat yang lebih tepat.”[6]

Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin mengatakan, “Yang benar adalah siwak  dianjurkan bagi orang yang berpuasa mulai dari awal hingga akhir siang.”[7]

Dalil yang menunjukkan mengenai keutamaan siwak adalah hadits ‘Aisyah. Dari ‘Aisyah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

السِّوَاكَ مَطْهَرَةٌ لِلْفَمِ مَرْضَاةٌ لِلرَّبِّ

“Bersiwak itu akan membuat mulut bersih dan diridhoi oleh Allah.”[8]

Adapun menggunakan pasta gigi ketika puasa lebih baik tidak digunakan ketika berpuasa karena pasta gigi memiliki pengaruh sangat kuat hingga bisa mempengaruhi bagian dalam tubuh dan kadang seseorang tidak merasakannya. Waktu untuk menyikat gigi sebenarnya masih lapang. Jika seseorang mengakhirkan untuk menyikat gigi hingga waktu berbuka, maka dia berarti telah menjaga diri dari perkara yang dapat merusak puasanya.[9]

3. Berkumur-kumur dan memasukkan air ke dalam hidung asal tidak berlebihan.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
,
وَبَالِغْ فِى الاِسْتِنْشَاقِ إِلاَّ أَنْ تَكُونَ صَائِمً

“Bersungguh-sungguhlah dalam beristinsyaq (memasukkan air dalam hidung) kecuali jika engkau berpuasa.”[10]

Ibnu Taimiyah menjelaskan, “Adapun berkumur-kumur dan beristinsyaq (memasukkan air dalam hidung) dibolehkan bagi orang yang berpuasa berdasarkan kesepakatan para ulama. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat juga berkumur-kumur dan beristinsyaq ketika berpuasa. … Akan tetapi, dilarang untuk berlebih-lebihan ketika itu.”[11]

Juga tidak mengapa jika orang yang berpuasa berkumur-kumur meski tidak karena wudhu dan mandi.[12]

Jika masih ada sesuatu yang basah –yang tersisa sesudah berkumur-kumur- di dalam mulut lalu tertelan tanpa sengaja, seperti itu tidak membatalkan puasa karena sulit dihindari. Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan, “Jika dikhawatirkan sehabis bersiwak terdapat sesuatu yang basah di dalam mulut (seperti sesudah berkumur-kumur dan masih tersisa sesuatu yang basah di dalam mulut), maka itu tidak membatalkan puasa walaupun sesuatu yang basah tadi ikut tertelan.”[13]

4. Bercumbu dan mencium istri selama aman dari keluarnya mani.

Orang yang berpuasa dibolehkan bercumbu dengan istrinya selama tidak di kemaluan dan selama terhindar dari terjerumus pada hal yang terlarang. Puasanya tidak batal selama tidak keluar mani.[14] An Nawawi rahimahullah mengatakan, “Tidak ada perselisihan di antara para ulama bahwa bercumbu atau mencium istri tidak membatalkan puasa selama tidak keluar mani”.[15]

Dalil-dalil berikut menunjukkan bolehnya bercumbu dengan istri ketika berpuasa sebagaimana dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beberapa sahabat radhiyallahu ‘anhum.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata,

كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – يُقَبِّلُ وَيُبَاشِرُ ، وَهُوَ صَائِمٌ ، وَكَانَ أَمْلَكَكُمْ لإِرْبِهِ .

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mencium dan mencumbu istrinya sedangkan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan berpuasa. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan demikian karena beliau adalah orang yang paling kuat menahan syahwatnya.”[16]

Dari Jabir bin ‘Abdillah, dari ‘Umar Bin Al Khaththab, beliau berkata,

هَشَشْتُ يَوْما فَقَبَّلْتُ وَأَنَا صَائِمٌ فَأَتَيْتُ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- فَقُلْتُ صَنَعْتُ الْيَوْمَ أَمْراً عَظِيماً قَبَّلْتُ وَأَنَا صَائِمٌ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « أَرَأَيْتَ لَوْ تَمَضْمَضْتَ بِمَاءٍ وَأَنْتَ صَائِمٌ ». قُلْتُ لاَ بَأْسَ بِذَلِكَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « فَفِيمَ »

“Pada suatu hari aku rindu dan hasratku muncul kemudian aku mencium istriku padahal aku sedang berpuasa, maka aku datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan aku berkata, “Hari ini aku melakukan suatu kesalahan besar, aku telah mencium istriku padahal sedang berpuasa” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Bagaimana pendapatmu jika kamu berpuasa kemudian berkumur-kumur?” Aku menjawab, “Seperti itu tidak mengapa.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Lalu apa masalahnya?“[17]

Masyruq pernah bertanya pada ‘Aisyah,

مَا يَحِلُّ لِلرَّجُلِ مِنْ اِمْرَأَته صَائِمًا ؟ قَالَتْ كُلُّ شَيْء إِلَّا الْجِمَاعَ

“Apa yang dibolehkan bagi seseorang terhadap istrinya ketika puasa? ‘Aisyah menjawab, ‘Segala sesuatu selain jima’ (bersetubuh)’.”[18]
Demikian beberapa hal yang di perbolehkan ketika kita umat islam menjalankan ibadah puasa,.

Terima kasih, sudah membaca Artikel apa yang di bolehkan ketika kita menjalankan ibadah puasa.